Cerita Sang Pengembala Kerbau


Fajar mulai menyinsing, jeritan ayam jantan membelah dinginya pagi dan sang suryapun mulai menampakkan kepalanya memberi hangat penguni semesta. Terbangun seorang anak petani mengawali hari dengan mengembala kerbaunya, walau mata masih engan terbangun tapi raga tetap berjalan. Keluarlah si kerbau dengan riang dan senangnya menyambut pagi ditengah-tengah embun tatkala anak kecil yang sedang belajar merangkak, kerbau itu pun berlari menuju padang rumput nan hijau yang masih terselimuti oleh embun pagi. Sang pengembala masih duduk menyilangkan tangannya sambil memegang erat selimut dibadanya, sedikit demi sedikit ia mulai menyingsingkan selimutnya merengangkan tangan sambil menatap sang surya, sungguh nikmat ini tiada tara, tak terasa mataharipun mulai tersenyum membuka matanya bertanda sang pengembala harus mengiring kerbaunya ke sungai....cetar...cetar...suara cambut dikibaskan bertanda isyarat agar si kerbau mulai berbegas menuju sungai, dengan girangnya sang kerbau berjalan menuju haluan suangai, dengan asyiknya si kerbau bermain lumpur hingga tubuhnya pun terbalut lumpur tersebut, ditanggalkan baju sang pengembala sambil membawa ilalang ia mulai menghampiri kerbau tersebut perlahan-lahan disiratkan air ke badan kerbau tersebut diusaplah badan si kerbau dengan ilalang yang digenggam ditangya dengan sabar dibasuhlah badan kerbau tersebut hingga akhirnya bersih seperti sedia kala. Melihat senyuman matahari sang pengembalapun mulai menyirami badanya dengan air sungai tersebut walaupun sedikit keruh tak apalah diusaplah badan sang pengembala hingga akhirnya basah dan segar badan ia. Kini tibalah waktunya kembali melanjutkan kegiatan selanjutnya diarahkan si kerbau kedalam kandang sembari diberik makan supaya si kerbau tenang hingga matahari mulai di atas kepala. Bergegas pulang sang pengembala menganti pakaian untuk menuntut pendidikan tak lupa ia persiapan segala sesuatu yang diperlukan. Dengan lembut sang ibu pengembala tersebut memangilnya untuk menyantap sarapan pagi yang dipersiapkan dengan seadaanya sang pengembala mulai melahap makanan itu hingga waktunya selesai makan berangkatlah sang pengembala. Dikayuhkan kaki untuk memutarkan gear sepeda dengan riang ia berangkat menuntut ilmu, jarak yang sangat jauh tak menjadi halangan baginya, pakaian yang lusut tak membuat ia minder bergaul dengan sebanyanya tetap ia kayuh sepedanya hingga akhirnya sampailah ia ketempat dimana ia menuntup ilmu, sedikit basah bajunya ia masuk ke dalam ruang belajar hingga akhirnya bel berbunyi tanda pelajaran akan segera dimulai.
Jangan Pernah minder walaupun engkau hanya seorang pengembala kerbau, jangan takut karena orang tuamu orang tak punya, tetaplah seperti itu ceria tanpa rasa negatif, tak usah kau hiraukan pemikiran negatif orang dan jangan kau sesalkan semua takdirmu, jadilah anak yang berjiwa besar sanggup menerima segala kekurangan, bertahan dalam kesederhanaan. 


======================= "Sebatas Anak Kampung" ==============================

PRAY FOR "GAZA" Palestina


DUNIA DIAM....!! 
Dunia TULI

Seakan air mata ini ingin menetes melihat semua itu, dan tak bisa terbayangkan olehku. Bagaiman tidak seorang anak yang harusnya ceria dengan sebayanya harus mengalamai kenyataan hidup yang memilukan, dihadapanya ia harus melihat teman sebayanya Gugur dalam kegananasan dan arogansi manusia-manusia yang tak bertanggung jawab. Dunia ramai akan tetapi duniapun diam melihat salah satu negara dibombardir wanita dan anak-anak menjadi korban kebringasan, bahkan lembaga tertinggi dunia tidak bisa belum bisa meredakan sedikit duka yang dialami negara tersebut...Palestina. ya palestina siapa yang tak tahu tentang negara tersebut, sejarahnya yang begitu panjang palestina harus berjuang sendiri menghadapi gempuran rudal dan peluru. Jika kita merasa memiliknya karena Palestina adalah negara muslim bersejarah, sebagaimana dalam agama diajarkan, apakah kita buta sehingga tak bisa melihat penderitaanya, apakah kita tuli hingga jerit tangis mengaung tak terdengar juga ditelinga kita, tiada tempat bermukim baginya karena rumah ia telah direnggut dan diratakan dengan tanah, tiada lagi makanan yang bisa dimakan karena perang yang berkepanjangan dan ditutupnya jalur masuk.Ibarat lilin ia lalui kehidupan sendiri dengan pancaran sendiri yaitu keyakinan kepada Tuhan Yang Maha Esa.

Sementara disini semua orang menutup telinganya dengan headsead, membungkam mulutnya dengan masker dan mengunci hatinya dengan kesombongan, angkuh, acuh tak acuh sehingga tiada lagi rasa welas akan penderitaan saudara seiman, dalam serba cukup tetepi secara pribadi bilang kekurangan sehingga engan ia memberikan sedikit kepunyaanya untuk disalurkan diberikan, entah dalam bentuk, doa, dukungan simpatisan, maupun moral materi. Kita seringkali disibukan oleh kegiatan-kegiatan yang melupakan kita kodrat kita sebagai manusia ciptaan Tuhan, melupakan kita akan ajara-ajaran yang kita pelajari dalam kehidupan selama ini. Apakah ini yang dinamakan kehidupan, apakah ini yang namanya perjuangan, baik buruk kalau kita yang menentukan belum tentu baik bila dipandang orang. Mari kita membantu saudara-saudara kita dengan semampu diri kita masing-masing

rez.vector7. Diberdayakan oleh Blogger.

Copyright © / rezvector7

Template by : Urang-kurai / Modified by : fangsformer